Jumat, 07 Oktober 2011

Character Assassination

"Berbagai media tidak jarang membuat komoditas tentang Islam dan menghubung-hubungkannya dengan terorisme, kekerasan dan sebagainya. Masyarakat dunia yang tidak paham ajaran Islam secara detail, berpikir bahwa apa yang dikatakan media di dunia barat itu benar. Kemudian timbul perasaan kebencian dari tiap individu dan terjadi akumulasi kebencian terhadap umat Islam."

Jika didefinisikan, character assassination atau usaha pembunuhan karakter adalah usaha menghilangkan orisinalitas atau keaslian karakter seseorang dalam pandangan orang lain. Kondisi ini tidak saja menyangkut fitnah dan menyebarkan berita bohong tentang seseorang. Namun juga menyangkut pencitraan tentang diri seseorang dari orang lain.

Sementara, citra diri merupakan hal penting dan berperan besar dalam kelangsungan kehidupan sosial seseorang. Termasuk dalam kehidupan karir. Sehingga, bisa dibayangkan sendiri akibat yang harus ditanggung ketika seseorang mengalami sebuah pembunuhan karakter. Di era sekarang, tidak jarang ini terjadi pada suatu komunitas atau kelompok yang ada di masyarakat. Bahkan yang lebih mencenangkan, ini bisa menyerang suatu suku, ras, ataupun agama.  Semua itu sering diakibatkan oleh pengetahuan yang sedikit terhadap sesuatu atau seseorang, media yang memberitakan kabar yang membelokan opini publik, ataupun adanya kecurigaan atau krisis kepercayaan yang diakibatkan oleh pencitraan buruk dan stereotip negatif dari banyak orang yang dilakukan secara terus-menerus.

salah satu contoh nyata dari hasil Character Assassination adalah Islamophobia. Islamophobia adalah suatu istilah terhadap situasi di mana seseorang atau sekelompok orang memiliki rasa takut yang berlebih terhadap apapun yang berbau Islam yang mana hal tersebut akan menimbulkan kecurigaan besar dan terealisasi sebagai sikap diskriminatif dan Rasis terhadap umat Islam ataupun organisasi-organisasi Islam. Islamophobia yang merupakan buah dari Pembunuhan karakter mulai marak terjadi pasca tragedi 11 September.Kondisi sosial umat Islam terhadap masyarakat dunia, terutama dunia barat pasca tragedi 11 September seakan-akan menempati status ‘kursi terdakwa’.

Penilaian terhadap Islam yang cenderung pada kekerasan,terorisme dan perbudakan. Gelombang cacianpun terus bermunculan dari berbagai penjuru dunia, bukan hanya di dunia barat. Hujatan dilontarkan dan ada semacam kekhawatiran akan eksistensi Islam. Berbagai media tidak jarang membuat komoditas tentang Islam dan menghubung-hubungkannya dengan terorisme, kekerasan dan sebagainya. Masyarakat dunia yang tidak paham ajaran Islam secara detail, berpikir bahwa apa yang dikatakan media di dunia barat itu benar. Kemudian timbul perasaan kebencian dari tiap individu dan terjadi akumulasi kebencian terhadap umat Islam.

Terdapat istilah Islamophobia timbul dari kalangan masyarakat. Islam banyak dicaci namun juga banyak dikaji. Umat Islam tentu masih ingat karikatur Nabi Muhammad SAW di harian Jyllands-Posten pada tahun 2005. Koran paling laris di Denmark ini, pada edisi 30 September 2005 memuat 12 karikatur yang menggambarkan Sang Nabi sebagai tokoh yang keras dan melecehkan wanita.

Di belanda, Geert Wilders merilis video berdurasi 17 menit di tahun 2008. Video ini memuat potongan ayat-ayat suci Al-Quran, dilengkapi dengan gambar pidato ulama-ulama radikal. Menurut Wilders, Islam merupakan ancaman bagi masyarakat Eropa. Wilders menegaskan bahwa jumlah imigran dari tahun ke tahun terus meningkat. Namun Wilders tidak mampu membuktikan tuduhan-tuduhan tersebut.

Kemudian  muncul kembali penghinaan terhadap Islam di Eropa. Thilo Sarrazin, seorang pegawai Bank Nasional Jerman, yan menerbitkan buku, deutschland scahfft ab-Wie wir unser Land auft spiel setzen. Buku ini mengangkat Islamophobia di Jerman yang membuat orang ini, lebih terkenal dari presin Jerman, Christian Wulf.  Kasus budaya jilbab di Inggris sempat menjadi komoditas media massa hinnga kini. Jumlah penduduk muslim di Inggris pada tahun 2007 mencapai 1,8 mencapai 3 juta atau sekitar 2 persen dari total penduduk. Umumnya mereka bersal dari India, Tajikistan, Afghanistan dan lain-lain. Mereka membawa budaya Islam yang tidak mudah diterima oleh penduduk setempat.

Dalam sebuah petikan wawancara dari Suara Muhamaddiyah dengan Simone Sinn, Teolog Protestan dari Jerman, mengatakan, dunia ini sangat kompleks, tidak ada ‘dunia Islam’ maupun ‘dunia Barat’. Islam sebenarnya sangat beragam dan negara-negara barat juga sangat beragam dan diantara keduanya banyak titik temu. Tiga bulan lalu, pemerintah Jerman telah memutuskan uuntuk mengembangkan pusat studi Islam ; Universitas Tuebingen dan Universitas Muenster. Pendirian pusat studi ini agar Islam dapat dipelajari secara akademik, sehingga orang dapat mengenal Islam secara benar. Ia menambahkan terkait multikulturalisme, Imigran muslim sudah menjadi bagian multikulturalisme. Contoh konkret diantaranya, Pertama, Aygul ozkan yang berasal dari Turki, yang menjabat sebagai Menteri Sosial di Provinsi Niedersachsen. Kedua, di setiap parpol yang ada di DPR Jerman ada seorang muslim. Ketiga, setiap tanggal 3 Oktober yang diperingati sebagai “Hari Nasional Jerman”, juga ada peringatan “The Open Mosque Day”. Pada saat itu, umat Islam di Jerman membuka pintu masjid agar semua masyarakat Jerman bisa berkunjung dan memberikan informasi tentang kehidupan muslim.

Islamophobia semata-mata bukan bersifat lokalitas. Apa yang terjadi menurut antropolog dari Universitas Griffith Australia, Julia Day Howell merupakan perubahan iklim politik pascaperang dingin yang mengakibatkan dunia tidak lagi terpolarisasi oleh dalam paham komunisme maupun kapitalisme. Dalam konteksi ini menurutnya , orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam pendidikan atau pengalaman,memiliki kemungkinan merasa takut terhadap perubahan. Dan kini timbul kecenderungan orang untuk mempelajari Kitab Suci bukan hanya untuk menambah kekayaan spiritual namun untuk interprestasi bebas demi sebuah agenda tertentu.

Kondisi ini semakin menyudutkan Islam. Apalagi dengan adanya media massa yang berkuasa secara massif, melalui propaganda media dengan pencitraan negatif, seperti dengan julukan-julukan terorisme,fundamentalisme yang dipaparkan di media. Maka di tengah informasi sampah dari media yang seliweran, tidaklah perlu sebenarnya umat Islam melakukan sikap anarkis menentang hal-hal itu. Namun tindakan yang bersifat menyatukan umat Islam di dunia dalam naungan Allah SWT, memperkokoh nilai-nilai Islam serta bertutur dan bertindak sesuai syariat akan menjadikan jati-diri muslim kokoh di bumi ini. dengan kekokohan jati diri Muslim yang terbangun, maka character assassination atau usaha pembunuhan karakter sebesar apapun tidak mampu menggoyahkan kedudukan Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamin (Rahmat bagi alam semesta).

Tentara Allah, Muhammad Magfirramaldhan