Sabtu, 26 Mei 2012

Surat Dari Pejuang HAMAS



"Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghafal Surat Al – Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?”

Untuk saudaraku di Indonesia,
"mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?”

“Di saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumroh, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitulloh ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.”
 “Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitulloh lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanalloh.”

Wahai saudaraku di Indonesia,
“Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negeri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negeri kalian.”

“Pasti Ibu – Ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapoatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.”

“Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negeri kami ini. Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku!”

“Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar ASI mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum.”

“Namun, mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa Ayah dan Ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dari informasi di televisi.”

“Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirulloh. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami disini.”

“Memang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!”
 “Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan Ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negeri ini.”

“Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009, saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanalloh kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allohu Akbar!”

Wahai saudaraku di Indonesia,
“Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negeri kalian diblokade juga?”

“Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Alloh SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.”

“Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku. Dan Perdana Menteri kami, Ust. Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.”

Wahai saudaraku di Indonesia,
“Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan di negeri antum. Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat, kan? Itu karena kalian punya waktu.”

“Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan Jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami.”

“Kami disini sangat menanti-nantikan saat halaqoh tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.”

“Hafalan antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghapal Surat Al – Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?”


“Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia merupakan diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al – Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al – Qur’an ketimbang anak-anak kami disini. Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan.”

“Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma. Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al – Qur’an mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.”

“Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian disini. Subhanalloh, kami sangat terhibur. Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.”

“Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan, saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Alloh sebagai bukti ukhuwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.”

“Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Alloh, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang Islam dan ulama-ulama kalian.”
Abdullah Al – Ghaza.

Selasa, 22 Mei 2012

“Perhiasan” Indah Nan Mulia Itu Bernama JILBAB


Buah nangka yang sudah dibelah, selain akan kehilangan cita rasa, aroma dan keistimewaan yang dimiliki, juga tidak akan selamat dari serbuan lalat dan serangga lainnya. Begitu juga dengan perempuan, ketika dia selalu memamerkan kecantikan dan keindahan tubuhnya, laki-laki hidung belang dan makhluk jenis ini akan segera datang untuk menikmatinya. Dan Islam sebagai agama yang sempurna datang menawarkan solusinya. 

Jilbab adalah sebuah proteksi yang dapat menjaga seorang wanita dari pelecehan. Hanya saja ungkapan semacam ini cakupannya sempit dan hanya akan dimengerti dan diamalkan oleh mereka yang meyakini Islam. Sedang bagi yang tidak meyakininya, terlebih mereka yang senantiasa mengusung panji feminisme dan atribut-atribut semisalnya akan sangat sulit menerima ungkapan di atas. Karena secara emosional penjagaan memberikan konotasi defensif, sebuah perlawanan yang terpaksa dilakukan. Ini jelas sulit diterima oleh kelompok-kelompok tadi yang selalu meneriakkan yel-yel kebebasan (menurut asumsi mereka). 

Padahal telah jelas kebaikan ini Allah sematkan kepada setiap muslimah untuk keamanan dan kehormatannya. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzab: 59). 

Berikut adalah sekelumit alasan yang banyak kita temui dari para saudari muslimah yang belum berjilbab. Namun jelas segala ketetapan Allah itu tidak bisa terbantahkan dengan alasan dan argumen apapun. karena itu Berikut pula argumen rasional yang semoga bisa menjadi pencerahan dari alasan-alasan pembenaran untuk tidak berjilbab tersebut:

1.    yang penting kan hatinya baik, bukan lihat dari jilbabnya, fisiknya!
"lalu untuk apa salonan tiap minggu? make- upan? itu kan fisik?"

2.    berjilbab belum tentu baik
"betul, yang berjilbab saja belum tentu baik, apalagi yang...(isi sendiri)"

3.    sy kemarin liat ada yg berjilbab mencuri!
"so what? yg tidak berjilbab juga banyak yang  mencuri, tidak korelasi kali"

4.    artinya lebih baik dijilbabkan hatinya dulu, buat hati baik!
"yup, ciri hati yg baik adalah dijilbabkan kepalanya dan ditutup auratnya"

5.    kalau berjilbab tapi masih maksiat bagaimana? dosa kan?
"kalau tidak berjilbab dan bermaksiat dosanya malah 2"

6.    tapi kan itu kan hal kecil, kenapa masalah jilbab harus dipermasalakan?!
"yang besar-besar itu semua awalnya dari kecil yg diremehkan"

7.    saya tidak mau pakai Jilbab! Jilbab itu kuno
"lha, itu zaman flinstones, lebih kuno lagi, tidak pake Jilbab"

8.    Jilbab itu buat saya tidak bebas!
"oh, berarti lipstick, sanggul, dan ke salon itu membebaskan ya?"

9.    saya tidak mau dibilang fanatik dan ekstrimis!
"nah, sekarang kau sudah fanatik pada sekuler dan ekstrim dalam membantah Allah"

10.  kalau saya pake jilbab, nggak ada yang mau sama saya!?
"banyak yang berjilbab dan mereka nikah kok"

11.  kalau calon suamiku tidak suka gimana?
"berarti dia tak layak, bila didepanmu dia tak taat Allah, siapa menjamin dibelakangmu dia jujur?"

12.  susah cari kerja kalo pake Jilbab!
"lalu membantah perintah Allah demi kerja? Memangnya  yang kasih rejeki siapa? bos atau Allah?"

13.  kenapa sih agama cuma diliat dari jilbab?
"sama saja kayak sekulerisme melihat wanita hanya dari paras dan lekuk tubuh"

14.  saya tidak mau diperbudak pakaian arab!
"ini simbol ketaatan pada Allah, justru orang arab dulu gak pake kerudung dan jilbab"

15.  jilbab cuma akal-akalan lelaki menindas wanita
"perasaan yg mengadakan miss universe laki-laki, yg larang jilbab di prancis jg laki-laki"

16.  saya tidak mau dikendalikan orang tentang apa yg harus saya pakai!
"sayangnya sudah begitu, tv, majalah, sinetron, kendalikan fashionmu"

17.  Jilbab kan bikin panas, pusing, ketombean
"jutaan orang pake kerudung, tidak ada keluhan begitu, mitos aja"

18.  apa nanti kata orang kalau saya berjilbab?!
"katanya tadi jadi diri sendiri, tidak peduli kata orang lain..."

19.  kerudung dan jilbab kan nggak gaul?!
"lha mbak ini mau gaul atau mau menaati Allah?"

20.  aku belum pengalaman pake jilbab!
"pake jilbab itu kayak nikah, pengalaman tidak diperlukan, keyakinan akan nyusul"

21.  aku belum siap pake Jilbab!
"kematian juga nggak akan tanya kamu siap atau belum dear"

22.  mamaku bilang jangan terlalu fanatik!
"bilang ke mama dengan lembut, bahwa cintamu padanya dengan menaati Allah penciptanya"

23.  aku akan tidak bebas kemana- mana, tidak bisa nongkrong, clubbing, gosip, kan malu sama baju!
"bukankah itu perubahan baik?"

24.  itu kan tidak wajib dalam Islam!?
"kalo tidak wajib, ngapain Rasul perintahkan semua wanita Muslim menutup aurat?"

25.  kasi saya waktu supaya saya yakin berjilbab
"yakin itu akan diberikan Allah kalau kita sudah mau mendekat, yakinlah"

Teruslah berbuat baik, walau orang-orang di sekelilingmu berbuat maksiat. Jadilah dirimu sendiri. Sebab orang jahat menilaimu dari pikiran jahatnya dan mereka pasti suka engkau berbuat jahat, sedangkan orang baik menilaimu dari pikiran baiknya dan mereka pasti suka engkau berbuat baik. Dari argumen-argumen di atas, dapat dipastikan bahwa sebenarnya tidak ada celah dalam diri seorang hamba untuk menghindari setiap fitrah yang telah ditetapkan oleh Rabnya.

Jilbab atau hijab secara syari’at merupakan bagian pakaian yang wajib digunakan untuk menutupi kepala wanita hingga ke dadanya. Maka, sesuatu pakaian dapat disebut hijab apabila menutupi kepala, leher, hingga dada. Tidak disebut hijab jika hanya menutupi kepala saja, atau leher saja, atau hanya menutup dada saja.

“Perhiasan” indah nan mulia ini adalah ketetapan yang begitu indah dan begitu meninggikan derajat setiap muslimah. Semoga setiap muslimah yang sampai saat ini belum berjilbab bisa bersegera untuk merengkuh kenikmatan yang Allah sediakan dalam setiap detik hidupnya dengan jilbab yang selalu dikenakannya dengan mantap dan penuh keikhlasan serta kebahagiaan. Adapun yang sudah berjilbab, semoga semakin istiqomah dalam menjalani kehidupan penuh keberkahan dan sarat akan makna keanggunan nan mulia disetiap langkah dakwah bilhalnya. Saudariku, Demi Allah.. BERJILBABLAH.